- Back to Home »
- Pantai Sundak
Posted by : Jawa-Bali Tour Designer
Senin, 24 Maret 2014
Lokasi: Dusun Pule Gundes, Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, DIY
Pantai
Sundak memiliki keunikan dibanding pantai-pantai lain di Yogyakarta, nama
pantai ini misalnya. Sebelumnya pantai Sundak bernama Wedimbedah, yang artinya
pasir terbelah. Penamaan Wedimbedah karena pada saat musim hujan air dari
daratan mengalir ke pantai dan membelah pasir pantai layaknya sungai kecil.
Kemudian
nama Wedimbedah diubah pada sekitar tahun 1976. Jika biasanya nama pantai
diambil dari kondisi atau mitosnya, nama Sundak justru terkenal karena
perkelahian dua hewan: asu (anjing) dan landak. Perkelahian ini bukan
perkelahian mitos seperti yang melatari nama Surabaya, melainkan benar-benar
terjadi.
Awalnya
anjing milik penduduk setempat bernama Arjasangku sedang berlarian sambil
mencari makan di bibir pantai. Sampai kemudian si anjing menemukan landak di
gua yang terbentuk dari batu karang, tak jauh dari pantai. Terjadilah
perkelahian antara kedua hewan ini, hingga akhirnya anjing menang dan memangsa
landak. Arjasangku yang melihat anjingnya keluar dari gua dengan membawa
potongan tubuh landak segera memeriksa ke dalam gua.
Pasalnya,
selain heran dengan potongan yang dibawa anjingnya, ia juga bertanya-tanya
kenapa ketika keluar dari gua anjingnya basah kuyup. Tak disangka, selain
menemukan potongan tubuh landak, ia juga menemukan mata air. Kabar ditemukannya
mata air ini pun segera menyebar karena penduduk sekitar Sundak selama ini
memang hidup dalam kekeringan. Mulai saat itu nama Wedimbedah diganti Sundak, wisatawan
yang berkunjung juga semakin ramai.
Selain
latar belakang namanya, kondisi alam Sundak juga menyuguhkan suasana istimewa.
Tebing karang yang ada di sisi timur dan barat Sundak misalnya, bagus untuk
dijadikan latar belakang foto. Hamparan pasir putih Sundak juga turut menambah
keindahan pantai. Sekalipun garis pantainya tak begitu panjang, keindahan
Sundak didukung dengan kebersihannya. Satu yang lebih istimewa lagi, ada
karang-karang kecil yang menghampar sampai 30 meter dari bibir pantai. Karang-karang
tersebut rata dan permukaannya tak kasar, malah terasa lembut di kaki. Ini
karena karang-karang tersebut diselimuti tumbuhan-tumbuhan laut yang menyerupai
rumput.
Jika
perut anda keroncongan, anda bisa mengunjungi warung-warung makan terdekat.
Hampir semua warung-warung makan di Sundak menjual menu yang sama: ikan bakar,
nasi rames, dan mie ayam. Cobalah makan di warung paling selatan yang menjorok
ke bibir pantai. Menunya memang sama dengan yang lain, tapi anda bisa merasakan
makan sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Retribusi
masuk ke Sundak seharga Rp. 2000 per orang. Ditambah biaya parkir Rp. 2000
untuk motor dan Rp 3000 untuk mobil jika anda membawa mobil pribadi. Jika anda
naik kendaraan umum, anda bisa naik bus dari terminal Giwangan. Setelah
perjalanan satu jam anda akan sampai di pasar Wonosari. Turun dan carilah bus
kecil ke arah Pantai Baron atau Krakal. Setelah menumpang bus kecil tersebut
selama 40 menit sampai satu jam anda akan sampai di Sundak.
Selama
ini, kebersihan pantai Sundak sangat dirawat oleh warga sekitar. Selain
memiliki mata air, Sundak juga menghasilkan pemasukan dengan adanya kunjungan
wisatawan. Wajar jika warga sekitar merawat dan membanggakan Sundak. Karena
bagi penduduk sekitar yang sampai saat ini mengalami kekeringan, Sundak adalah
sebuah oase.
Lokasi: Dusun Pule Gundes, Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, DIY
Pantai Sundak memiliki keunikan
dibanding pantai-pantai lain di Yogyakarta, nama pantai ini misalnya.
Sebelumnya pantai Sundak bernama Wedimbedah, yang artinya pasir
terbelah. Penamaan Wedimbedah karena pada saat musim hujan air dari
daratan mengalir ke pantai dan membelah pasir pantai layaknya sungai
kecil.
Kemudian nama Wedimbedah diubah pada
sekitar tahun 1976. Jika biasanya nama pantai diambil dari kondisi atau
mitosnya, nama Sundak justru terkenal karena perkelahian dua hewan: asu
(anjing) dan landak. Perkelahian ini bukan perkelahian mitos seperti
yang melatari nama Surabaya, melainkan benar-benar terjadi.
Awalnya anjing milik penduduk setempat
bernama Arjasangku sedang berlarian sambil mencari makan di bibir
pantai. Sampai kemudian si anjing menemukan landak di gua yang terbentuk
dari batu karang, tak jauh dari pantai. Terjadilah perkelahian antara
kedua hewan ini, hingga akhirnya anjing menang dan memangsa landak.
Arjasangku yang melihat anjingnya keluar dari gua dengan membawa
potongan tubuh landak segera memeriksa ke dalam gua.
Pasalnya, selain heran dengan potongan
yang dibawa anjingnya, ia juga bertanya-tanya kenapa ketika keluar dari
gua anjingnya basah kuyup. Tak disangka, selain menemukan potongan tubuh
landak, ia juga menemukan mata air. Kabar ditemukannya mata air ini pun
segera menyebar karena penduduk sekitar Sundak selama ini memang hidup
dalam kekeringan. Mulai saat itu nama Wedimbedah diganti Sundak,
wisatawan yang berkunjung juga semakin ramai.
Selain latar belakang namanya, kondisi
alam Sundak juga menyuguhkan suasana istimewa. Tebing karang yang ada di
sisi timur dan barat Sundak misalnya, bagus untuk dijadikan latar
belakang foto. Hamparan pasir putih Sundak juga turut menambah keindahan
pantai. Sekalipun garis pantainya tak begitu panjang, keindahan Sundak
didukung dengan kebersihannya. Satu yang lebih istimewa lagi, ada
karang-karang kecil yang menghampar sampai 30 meter dari bibir pantai.
Karang-karang tersebut rata dan permukaannya tak kasar, malah terasa
lembut di kaki. Ini karena karang-karang tersebut diselimuti
tumbuhan-tumbuhan laut yang menyerupai rumput.
Jika perut anda keroncongan, anda bisa
mengunjungi warung-warung makan terdekat. Hampir semua warung-warung
makan di Sundak menjual menu yang sama: ikan bakar, nasi rames, dan mie
ayam. Cobalah makan di warung paling selatan yang menjorok ke bibir
pantai. Menunya memang sama dengan yang lain, tapi anda bisa merasakan
makan sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Retribusi masuk ke Sundak seharga Rp.
2000 per orang. Ditambah biaya parkir Rp. 2000 untuk motor dan Rp 3000
untuk mobil jika anda membawa mobil pribadi. Jika anda naik kendaraan
umum, anda bisa naik bus dari terminal Giwangan. Setelah perjalanan satu
jam anda akan sampai di pasar Wonosari. Turun dan carilah bus kecil ke
arah Pantai Baron atau Krakal. Setelah menumpang bus kecil tersebut
selama 40 menit sampai satu jam anda akan sampai di Sundak.
Selama ini, kebersihan pantai Sundak
sangat dirawat oleh warga sekitar. Selain memiliki mata air, Sundak juga
menghasilkan pemasukan dengan adanya kunjungan wisatawan. Wajar jika
warga sekitar merawat dan membanggakan Sundak. Karena bagi penduduk
sekitar yang sampai saat ini mengalami kekeringan, Sundak adalah sebuah
oase. (aanardian/blog.kotajogja.com)
- See more at: http://blog.kotajogja.com/jogja-update/pantai-sundak-terinspirasi-dari-kisah-perseteruan-anjing-dan-landak/#sthash.ccKvK2IO.dpuf
Lokasi: Dusun Pule Gundes, Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, DIY
Pantai Sundak memiliki keunikan
dibanding pantai-pantai lain di Yogyakarta, nama pantai ini misalnya.
Sebelumnya pantai Sundak bernama Wedimbedah, yang artinya pasir
terbelah. Penamaan Wedimbedah karena pada saat musim hujan air dari
daratan mengalir ke pantai dan membelah pasir pantai layaknya sungai
kecil.
Kemudian nama Wedimbedah diubah pada
sekitar tahun 1976. Jika biasanya nama pantai diambil dari kondisi atau
mitosnya, nama Sundak justru terkenal karena perkelahian dua hewan: asu
(anjing) dan landak. Perkelahian ini bukan perkelahian mitos seperti
yang melatari nama Surabaya, melainkan benar-benar terjadi.
Awalnya anjing milik penduduk setempat
bernama Arjasangku sedang berlarian sambil mencari makan di bibir
pantai. Sampai kemudian si anjing menemukan landak di gua yang terbentuk
dari batu karang, tak jauh dari pantai. Terjadilah perkelahian antara
kedua hewan ini, hingga akhirnya anjing menang dan memangsa landak.
Arjasangku yang melihat anjingnya keluar dari gua dengan membawa
potongan tubuh landak segera memeriksa ke dalam gua.
Pasalnya, selain heran dengan potongan
yang dibawa anjingnya, ia juga bertanya-tanya kenapa ketika keluar dari
gua anjingnya basah kuyup. Tak disangka, selain menemukan potongan tubuh
landak, ia juga menemukan mata air. Kabar ditemukannya mata air ini pun
segera menyebar karena penduduk sekitar Sundak selama ini memang hidup
dalam kekeringan. Mulai saat itu nama Wedimbedah diganti Sundak,
wisatawan yang berkunjung juga semakin ramai.
Selain latar belakang namanya, kondisi
alam Sundak juga menyuguhkan suasana istimewa. Tebing karang yang ada di
sisi timur dan barat Sundak misalnya, bagus untuk dijadikan latar
belakang foto. Hamparan pasir putih Sundak juga turut menambah keindahan
pantai. Sekalipun garis pantainya tak begitu panjang, keindahan Sundak
didukung dengan kebersihannya. Satu yang lebih istimewa lagi, ada
karang-karang kecil yang menghampar sampai 30 meter dari bibir pantai.
Karang-karang tersebut rata dan permukaannya tak kasar, malah terasa
lembut di kaki. Ini karena karang-karang tersebut diselimuti
tumbuhan-tumbuhan laut yang menyerupai rumput.
Jika perut anda keroncongan, anda bisa
mengunjungi warung-warung makan terdekat. Hampir semua warung-warung
makan di Sundak menjual menu yang sama: ikan bakar, nasi rames, dan mie
ayam. Cobalah makan di warung paling selatan yang menjorok ke bibir
pantai. Menunya memang sama dengan yang lain, tapi anda bisa merasakan
makan sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Retribusi masuk ke Sundak seharga Rp.
2000 per orang. Ditambah biaya parkir Rp. 2000 untuk motor dan Rp 3000
untuk mobil jika anda membawa mobil pribadi. Jika anda naik kendaraan
umum, anda bisa naik bus dari terminal Giwangan. Setelah perjalanan satu
jam anda akan sampai di pasar Wonosari. Turun dan carilah bus kecil ke
arah Pantai Baron atau Krakal. Setelah menumpang bus kecil tersebut
selama 40 menit sampai satu jam anda akan sampai di Sundak.
Selama ini, kebersihan pantai Sundak
sangat dirawat oleh warga sekitar. Selain memiliki mata air, Sundak juga
menghasilkan pemasukan dengan adanya kunjungan wisatawan. Wajar jika
warga sekitar merawat dan membanggakan Sundak. Karena bagi penduduk
sekitar yang sampai saat ini mengalami kekeringan, Sundak adalah sebuah
oase.
- See more at:
http://blog.kotajogja.com/jogja-update/pantai-sundak-terinspirasi-dari-kisah-perseteruan-anjing-dan-landak/#sthash.ccKvK2IO.dpuf
Lokasi: Dusun Pule Gundes, Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, DIY
Pantai
Sundak memiliki keunikan dibanding pantai-pantai lain di Yogyakarta, nama
pantai ini misalnya. Sebelumnya pantai Sundak bernama Wedimbedah, yang artinya
pasir terbelah. Penamaan Wedimbedah karena pada saat musim hujan air dari
daratan mengalir ke pantai dan membelah pasir pantai layaknya sungai kecil.
Kemudian
nama Wedimbedah diubah pada sekitar tahun 1976. Jika biasanya nama pantai
diambil dari kondisi atau mitosnya, nama Sundak justru terkenal karena
perkelahian dua hewan: asu (anjing) dan landak. Perkelahian ini bukan
perkelahian mitos seperti yang melatari nama Surabaya, melainkan benar-benar
terjadi.
Awalnya
anjing milik penduduk setempat bernama Arjasangku sedang berlarian sambil
mencari makan di bibir pantai. Sampai kemudian si anjing menemukan landak di
gua yang terbentuk dari batu karang, tak jauh dari pantai. Terjadilah
perkelahian antara kedua hewan ini, hingga akhirnya anjing menang dan memangsa
landak. Arjasangku yang melihat anjingnya keluar dari gua dengan membawa
potongan tubuh landak segera memeriksa ke dalam gua.
Pasalnya,
selain heran dengan potongan yang dibawa anjingnya, ia juga bertanya-tanya
kenapa ketika keluar dari gua anjingnya basah kuyup. Tak disangka, selain
menemukan potongan tubuh landak, ia juga menemukan mata air. Kabar ditemukannya
mata air ini pun segera menyebar karena penduduk sekitar Sundak selama ini
memang hidup dalam kekeringan. Mulai saat itu nama Wedimbedah diganti Sundak, wisatawan
yang berkunjung juga semakin ramai.
Selain
latar belakang namanya, kondisi alam Sundak juga menyuguhkan suasana istimewa.
Tebing karang yang ada di sisi timur dan barat Sundak misalnya, bagus untuk
dijadikan latar belakang foto. Hamparan pasir putih Sundak juga turut menambah
keindahan pantai. Sekalipun garis pantainya tak begitu panjang, keindahan
Sundak didukung dengan kebersihannya. Satu yang lebih istimewa lagi, ada
karang-karang kecil yang menghampar sampai 30 meter dari bibir pantai. Karang-karang
tersebut rata dan permukaannya tak kasar, malah terasa lembut di kaki. Ini
karena karang-karang tersebut diselimuti tumbuhan-tumbuhan laut yang menyerupai
rumput.
Jika
perut anda keroncongan, anda bisa mengunjungi warung-warung makan terdekat.
Hampir semua warung-warung makan di Sundak menjual menu yang sama: ikan bakar,
nasi rames, dan mie ayam. Cobalah makan di warung paling selatan yang menjorok
ke bibir pantai. Menunya memang sama dengan yang lain, tapi anda bisa merasakan
makan sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Retribusi
masuk ke Sundak seharga Rp. 2000 per orang. Ditambah biaya parkir Rp. 2000
untuk motor dan Rp 3000 untuk mobil jika anda membawa mobil pribadi. Jika anda
naik kendaraan umum, anda bisa naik bus dari terminal Giwangan. Setelah
perjalanan satu jam anda akan sampai di pasar Wonosari. Turun dan carilah bus
kecil ke arah Pantai Baron atau Krakal. Setelah menumpang bus kecil tersebut
selama 40 menit sampai satu jam anda akan sampai di Sundak.
Selama
ini, kebersihan pantai Sundak sangat dirawat oleh warga sekitar. Selain
memiliki mata air, Sundak juga menghasilkan pemasukan dengan adanya kunjungan
wisatawan. Wajar jika warga sekitar merawat dan membanggakan Sundak. Karena
bagi penduduk sekitar yang sampai saat ini mengalami kekeringan, Sundak adalah
sebuah oase.
Lokasi: Dusun Pule Gundes, Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, DIY
Pantai
Sundak memiliki keunikan dibanding pantai-pantai lain di Yogyakarta, nama
pantai ini misalnya. Sebelumnya pantai Sundak bernama Wedimbedah, yang artinya
pasir terbelah. Penamaan Wedimbedah karena pada saat musim hujan air dari
daratan mengalir ke pantai dan membelah pasir pantai layaknya sungai kecil.
Kemudian
nama Wedimbedah diubah pada sekitar tahun 1976. Jika biasanya nama pantai
diambil dari kondisi atau mitosnya, nama Sundak justru terkenal karena
perkelahian dua hewan: asu (anjing) dan landak. Perkelahian ini bukan
perkelahian mitos seperti yang melatari nama Surabaya, melainkan benar-benar
terjadi.
Awalnya
anjing milik penduduk setempat bernama Arjasangku sedang berlarian sambil
mencari makan di bibir pantai. Sampai kemudian si anjing menemukan landak di
gua yang terbentuk dari batu karang, tak jauh dari pantai. Terjadilah
perkelahian antara kedua hewan ini, hingga akhirnya anjing menang dan memangsa
landak. Arjasangku yang melihat anjingnya keluar dari gua dengan membawa
potongan tubuh landak segera memeriksa ke dalam gua.
Pasalnya,
selain heran dengan potongan yang dibawa anjingnya, ia juga bertanya-tanya
kenapa ketika keluar dari gua anjingnya basah kuyup. Tak disangka, selain
menemukan potongan tubuh landak, ia juga menemukan mata air. Kabar ditemukannya
mata air ini pun segera menyebar karena penduduk sekitar Sundak selama ini
memang hidup dalam kekeringan. Mulai saat itu nama Wedimbedah diganti Sundak, wisatawan
yang berkunjung juga semakin ramai.
Selain
latar belakang namanya, kondisi alam Sundak juga menyuguhkan suasana istimewa.
Tebing karang yang ada di sisi timur dan barat Sundak misalnya, bagus untuk
dijadikan latar belakang foto. Hamparan pasir putih Sundak juga turut menambah
keindahan pantai. Sekalipun garis pantainya tak begitu panjang, keindahan
Sundak didukung dengan kebersihannya. Satu yang lebih istimewa lagi, ada
karang-karang kecil yang menghampar sampai 30 meter dari bibir pantai. Karang-karang
tersebut rata dan permukaannya tak kasar, malah terasa lembut di kaki. Ini
karena karang-karang tersebut diselimuti tumbuhan-tumbuhan laut yang menyerupai
rumput.
Jika
perut anda keroncongan, anda bisa mengunjungi warung-warung makan terdekat.
Hampir semua warung-warung makan di Sundak menjual menu yang sama: ikan bakar,
nasi rames, dan mie ayam. Cobalah makan di warung paling selatan yang menjorok
ke bibir pantai. Menunya memang sama dengan yang lain, tapi anda bisa merasakan
makan sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Retribusi
masuk ke Sundak seharga Rp. 2000 per orang. Ditambah biaya parkir Rp. 2000
untuk motor dan Rp 3000 untuk mobil jika anda membawa mobil pribadi. Jika anda
naik kendaraan umum, anda bisa naik bus dari terminal Giwangan. Setelah
perjalanan satu jam anda akan sampai di pasar Wonosari. Turun dan carilah bus
kecil ke arah Pantai Baron atau Krakal. Setelah menumpang bus kecil tersebut
selama 40 menit sampai satu jam anda akan sampai di Sundak.
Selama
ini, kebersihan pantai Sundak sangat dirawat oleh warga sekitar. Selain
memiliki mata air, Sundak juga menghasilkan pemasukan dengan adanya kunjungan
wisatawan. Wajar jika warga sekitar merawat dan membanggakan Sundak. Karena
bagi penduduk sekitar yang sampai saat ini mengalami kekeringan, Sundak adalah
sebuah oase.